RSS

Part Test of Life

Salam kenal buat kawan terhebat,
"Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan seluruh kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati. Dengan alasan ini penguasaan menuntut semuanya dari seseorang."
-Albert Einsten-

REFLEKSI DIRI:

 MELARUNGI SASTRA DARI BERBAGAI SISI
Wahyu Sekar Sari

Pengantar
Hakikat sastra memberi kesenangan dan pemahaman tentang kehidupan. Lewat sebuah karya sastra, seorang pembaca akan mendapatkan manfaat sebagai hiburan dan juga pemahaman terdapat hidup. Berbeda dengan penulis, para penulis sastra secara lihai akan mencampuradukkan kreatifitas yang ada dalam pikirannya dengan balutan kata-kata pilihan. Kata-kata tersebut secara serta merta mempengaruhi psikologis pembaca sehingga secara otomatis pesan yang ingin disampaikan oleh penulis benar-benar sampai kepada pembaca. Misalkan saja ketika pembaca membaca novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Selain untuk mengisi waktu luang, karya sastra tersebut juga memberikan ilmu yang banyak sekali mengenai kehidupan, tidak hanya itu saja, pembaca akan mengetahui seluk beluk kehidupan bangsawan, kehidupan di masa lampau, dan bahkan banyak sekali pertuah-petuah berisi nasihat kehidupan yang diselipkan di antara dialog-dialog antar tokoh.
Refleksi dan potret hidup juga selalu mewarnai karya sastra yang ada di tanah air. Banyak sekali tragedi-tragedi yang dibungkus dalam sebuah cerita beralur. Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari menceritakan dengan sangat gamblang kehidupan seorang penyanyi ronggeng yang berada di daerah Banyumas. Lewat novel tersebut, Ahmad Tohari mengangkat cerita dengan menonjolkan sisi-sisi kebudayaan yang ada di daerah tersebut. Berbeda dengan dua penulis yang sudah disebutkan di atas, Sapardi Djoko Damono dalam tulisannya lebih banyak menyampaikan tentang kisah cinta. Cinta tersebut tidak hanya di antara laki-laki dan perempuan saja tetapi juga kecintaan dengan sang pencipta, lingkungan dan terhadap karya sastra.
Plato menganggap bahwa karya seni berada di bawah kenyataan karena hanya tiruan dari yang ada di pikiran manusia yang meniru kenyataan sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato menganggap karya sastra di atas kenyataan untuk menyucikan jiwa manusia.Aristoteles menganggap mimetik tidak semata-mata menjiplak kenyataan melainkan sebuah proses kreatif untuk menghasilkan kebaharuan. Pada prinsipnya menganggap karya seni sebagai pencerminan, peniruan, ataupun pembayangan realitas. Hal itu benar khusunya untuk seni dalam hubungannya dengan kenyataan. Karya sastra sebenarnya juga merupakan penceritaan ulang terhadap cerita-cerita yang sebenarnya sudah pernah terjadi di dunia nyata dan ditulis sebagai pelajaran.
Daya Tarik Sastra Lewat Media Sosial
            Sastra sebenarnya memiliki daya tarik sendiri dalam hal digemari oleh pembacanya karena bahasanya yang lebih bernuansa keindahan. Banyak sekali anak muda yang ternyata juga senang dengan buku-buku sastra, apalagi tentang sastra yang berbicara soal hidup dalam kehidupan. Banyak sekali anak muda yang mulai senang mendatangi acara yang berkaitan dengan sastra, misalnya bedah buku, launching naskah drama, pementasan musikalisasi puisi, dan pementasan teater yang juga berangkat dari karya sastra sebagai naskahnya.
            Gencarnya berbagai aplikasi yang dalam waktu sekejap bisa terpasang di ponsel yang canggih membuat anak muda yang jarang mengikuti acara-acara tersebut tidak kehabisan akal. Lewat beberapa media sosial seperti twitter, facebook, line, tumblr dan lain-lain pada anak muda dengan praktis dan dalam waktu singkat bisa menemukan quotes atau kata-kata bijak yang mereka senangi. Berangkat dari hal tersebut, seiring dengan berjalannya waktu mereka akan coba-coba membaca buku-buku karya sastra yang ditulis oleh pengarang yang kata-kata bijaknya sering mereka kutip lewat media sosial. Berasal dari mencoba-coba kemudian muncul statement bahwa membaca adalah kebutuhan.
Kesinambungan Sastra dengan Peradaban
Dokumentasi sosial dan masalah-masalah sosial dalam beberapa novel dikupas berdasarkan dengan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa itu. Penulis seolah-olah merekam setiap kejadian dengan begitu runtut setiap tahunnya serta pengungkapan-pengungkapan permasalahan yang disusun secara sederhana namun begitu rinci dan memiliki kesan ringan. Pada novel “Jentera Lepas” karya Ashadi Siregarmenceritakan tentang pergolakan PKI dari kurun waktu 1964 sampai akhir bulan di 1970. Melalui tokoh Budiman, seolah-olah tokoh tersebut dengan piawainya mengajak pembaca menjelajah peristiwa sejarah dari waktu ke waktu. Diselinginya kisah sejarah dengan ramu-ramu hubungan percintaan membuat kisah ini begitu ringan dan enak dibaca, kesannya tidak terlalu berat dan tidak terlalu menegangkan. Melalui novel ini pembaca juga mengetahui informasi-informasi apa saja yang terjadi setelah kemerdekaan di tahun-tahun itu sebagai dokumen-dokumen sosial dan potret sosial.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thomas Warton dibuktikanbahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Sastra menurut Warton, mampu menjadi gudang adat istiadat, buku sumber sejarah peradaban, terutama sejarah bangkit dan runtuhnya semangat kesatriaan.
Sastra Anak
            Sastra mengandung eksploitasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk motivasi manusia untuk berbuat sesuatu yang dapat mengundang pembaca khususnya anak-anak mengembangkan fantasinya. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya kisah binatang yang bisa berbicara dan berperasaan selayaknya manusia.
Sastra sudah mulai melekat pada jiwa seseorang mulai dari anak-anak yang dibungkus menjadi sajian yang berbeda-beda. Umumnya anak-anak akan meminta orang tua mereka membacakan buku-buku cerita dan dongeng sebelum mereka tidur, meminta orangtuanya membelikan buku fantasi misalnya Lord Of the Rings, Cinderella, cerita detektif, dongeng, cerita kancil mencuri timun, Harry Potter, dan lain-lain yang ternyata secara tidak saja membangun imajinasi dan kreatifitas anak-anak. Lewat sastra tersebut anak-anak juga akan belajar tentang hal yang baik atau buruk karena pada bacaan anak-anak umumnya terdapat tokoh yang baik dan tokoh yang buruk. Sehingga disamping sebagai hiburan, sastra juga mengandung citra dan metafora kehidupan. Kontribusi sastra anak yang lainnya yaitu pada nilai personal dan nilai pendidikan pada anak. Pada nilai personal, sastra akan mempengaruhi beberapa perkembangan yang sedang tumbuh dalam diri seorang anak diantaranya perkembangan emosional, intelektual, imajinasi, rasa sosial, dan rasa etis serta keagamaan. Nilai pendidikan dalam sastra anak terutama mengenai perkembangan bahasa, pengembangan nilai kehidupan, wawasan, dan menanamkan kebiasaan membaca pada diri anak.
            Sasta anak terbagi menjadi beberapa genre yang di dalamnya terdapat beberapa karya sastra yang layak konsumsi oleh anak-anak berbagai usia. Menurut Mitchell (via Burhan: 2005) genre menunjuk pada pengertian tipe atau kategori pengelompokkan berdasarkan gaya, bentuk, atau isi.
Belajar Kebermanfaatan Hidup Lewat Sastra
Sastramerupakan seni kreatif yang objeknya adalah manusia  dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Kehidupan manusia yang digambarkan dalam sastra dapat sebagai transformasi  kehidupan faktual, baik kehidupan sosial berdasarkan imajinasi. Bentuk karya sastra sangat banyak sekali,  diantara yang bersifat imajinatif dan non-imajinatif. Sastra berusaha mengungkapkan hal  yang tidak terungkapkan. Banyak sekali ilmu yang bisa di dapat dari belajar sastra, seperti ketika kita membaca atau pun menulis essai kita akan tahu tentang fakta yang kemudian dikupas menurut pandangan pribadi, kita bisa mengetahui tanggapan dan kritik orang lain terhadap suatu fonemena yang bisa jadi adalah solusi dari permasalahan yang ada. Melalui biografi dan otobiografi, seorang pembaca juga bisa mengetahui riwayat hidup seseorang yang diterangkan secara runtut dan jelas sehingga pembaca akan mengetahui beberapa hal yang menjadikan tokoh menjadi orang  yang berguna. Contoh singkatnya apabila ada seorang anak muda yang bercita-cita ingin menjadi  orang yang kaya raya, dia bisa saja membaca biografi Steve Jobs tentang kiat-kiat menjadi sukses.
            Sebuah karya sastra yang bermutu merupakan penemuan, sedangkan karya  yang bermutu merupakan ekspresi sastrawannya. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa seorang sastrawan juga bisa menyumbang sebuah penemuan baik dari segi ilmu Bahasa atau keterkaitannya dengan kehidupan.
            Dalam pengajaran bahasa dan sastra di sekolah diberikan empat jenis keterampilan berbahasa. Keempat jenis keterampilan tersebut adalah mendengarkan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam menguasai keterampilan berbahasa, awalnya anak mengenal Bahasa melalui menyimak. Setelah menyimak, anak berusaha untuk berbicara menirukan Bahasa yang disimak. Tahap berikutnya, anak  akan berlatih membaca dan berusaha untuk mengenal  bentuk tulisan. Setelah itu, ia akan berusaha untuk menulis.
            Menulis merupakan sarana mengembangkan daya pikir atau nalar dengan mengumpulkan fakta, menghubungkannya kemudian  menarik kesimpulan dan memperjelas sesuatu karena gagasan-gagasan yang  semula masih berserakan dan tidak runtut di dalam pikiran dapat dituangkan secara runtut dan sistematis.
            Lado (lewat Andri Wicaksono, 2014: 11) mengungkapkan bahwa menulis adalah menempatkan symbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh oranglain yang memahami Bahasa tersebut beserta simbol-simbolnya.
            Banyak  sekali penulis-penulis besar yang menyelipkan nasihat-nasihatnya kepada penerus untuk  menulis seperti Pramoedya Ananta Toer, Buya Hamka, Djoko Pinurbo,  dan masih banyak lagi.
Tahu kau  mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam di telan angina, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
Lalu muncul kutipan dalam novel “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer.
Setiap orang Belanda mencintai dan membacai karya milik sendiri, negeri Nederland, sastra Belanda.
            Terlihat sekali sindiran Pramoedya yang berbicara seolah-olah orang Indonesia lebih mencintai karya sastra negeri oranglain. Banyak orang-orang yang merasa lebih keren apabila membaca buku-buku terjemahan, mereka bahkan meninggalkan sastra Indonesia tanpa mereka mengetahui tentang kualitas sasta Indonesia yang sebenarnya bisa disaingkan dengan sastra di negara lain.
            Fenomena perfilman yang ada di Indonesia juga memperihatinkan. Bukankah sebuah film yang berbobot pasti berangkat dari skenario  yang digarap secara matang dan barang  tentu  isinya juga berkualitas? Namun pada kenyataannya masih banyak sekali film-film ataupun acara di setiap stasiun televisi di Indonesia masih jauh dari kata”berbobot”. Padahal banyak sekali karya sastra Indonesia yang juga  di tulis oleh bangsa Indonesia sendiri memiliki nilai-nilai kehidupan yang tinggi dan layak dikonsumsi oleh berbagai kalangan karena tidak meninggalkan nafas-nafas kehidupan di Indonesia.
Sastra Terkadang Terlupakan
            Di Indonesia sesungguhnya terdapat banyak jurusan sastra Indonesia, baik kependidikan maupun nonpendidikan, tetapi jumlah dosen dan mahasiswa yang aktif menulis dapat dihitung dengan jari. Banyak sekali mahasiswa sastra Indonesia pada khususnya dan mahasiswa jurusan lain pada umumnya yang masih enggan menulis. Parahnya lagi, banyak mahasiswa sastra yang menyusun skripsi tidak diikuti niat yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan sastra, tetapi hanya dengan motivasi ‘sebagai syarat kelulusan’. Sementara itu, kualitas isinya tidak diperhatikan (Sugihastuti, 2002: vii).
            Sastra akan berkembang apabila didorong adanya kritik dan apresiasi sastra yang berkualitas. Melalui kritik, sastra akan dikupas habis, sebagai contoh bahwa novel yang terlalu menggurui itu tidak baik, sehingga dalam menulis seseorang tidak hanya  berkhotbah, namun juga memasukkan  pikiran-pikiran yang jernih ke dalam suatu karya sastra. Seiring berjalannya waktu, sastra akan semakin berkualitas dengan masih tetap berasaskan ilmu dan pengetahuan.
            Keprihatinan yang lain jika para ilmuwansastra enggan menulis  adalah tidak berkembangnya ilmu sastra Indonesia. Banyak kalangan mengharapkan agar kita mempunyai teori dan kritik sastra khas Indonesia. Selama ini  ilmu sastra hanya diadopsi oleh buku-buku dari bangsa Barat. Di perkuliahan sastra Indonesia sendiri, banyak sekali buku-buku  tentang teori sastra yang menggunakan bahasa asing. Berarti, sudah cukup diketahui bahwa ternyata ilmu sastra di Indonesia belum terlalu berani  mengungkapkan jati dirinya sebagai sastra Indonesia.
            Kritik sastra kita pun berisi kritik sastra Barat, padahal kita menyadari bahwa  sastra Indonesia  seharusnya  bernafaskan  budaya Indonesia,  bukan Barat. Dengan demikian, selama ini kita telah memaksakan untuk menilai  sastra dan budaya kita dengan kaca mata  Barat, tentu saja hal ini  bukanlah gejala yang menyenangkan. Permasalhan seperti ini bisa ditanggulangi dengan menumbuhkan minat akan sastra yang tidak setengah-setengah saja.  Apabila hal  ini terlaksana, maka minat menulis pasti akan muncuk  secara otomatis.
Penutup
            Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, jelas bahwa banyak  sekali manfaat yang diperoleh dari kemampuan menulis. Banyak sekali ilmu dan pengetahuan yang didapatkan lewat sastra seperti tentang ilmu-ilmu kehidupan yang dibungkus menjadi sebuah puisi, cerpen, novel, essaidan karya sastra lainnya. Untuk itu,  perlu dikembangkan kemampuan menulis dan berlatih  menulis secara terus menerus. Hal  ini bertujuan menjadikan seseorang lancar dan baik  dalam membuat tulisan. Apalagi mengingat kemampuan menulis merupakan kemampuan Bahasa yang sukar, tentu saja pengembangan dan latihan menulis dapat dijadikan penngalaman produktif yang berharga bagi  seseorang.Seseorang juga perlu meniupkan ruh pada sebuah tulisan yang merupakan hasil internalisasi visi, emosi, dedikasi, pengalaman, logika, wawasan, semangat, kontemplasi dan keterampilan teknis seorang penulis. Namun di sisi lain juga muncul ironi tentang sastra itu sendiri.
           
Daftar Pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sugihastuti. 2002. Teori Apresiasi Sastra.  Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Teeuw, A. 1984. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya. Garudhawaca.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Setangkai Perempuan

:Untuk Sukap
Awan bergemuruh memberi marah
Seorang lelaki berkicau pada camar
“Langit, jangan sedih.”
Senja menggiring pertanda tiada teduh
Seorang perempuan melolong pada kegelapan
“Cakrawala, jangan kesepian.”
Tiada yang lebih hebat dari setangkai daun
Yang kokoh diterpa angin
Yang tangguh menolak gugur
Yang perkasa diterpa kemarau
Sedang diri ialah tempat berpijak
Mendamba jatuh engkau lalu cekat ku peluk erat
Di tepi akar, ditepi bebatuan, dan di permukaan kulit-kulit pepohonan
Ku cipta siasat, barangkali ketika fajar tiba
Kau diam-diam merambat jatuh
Hingga memeluk tubuh sebelum bangun

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS