Keberanian itu belinya dimana?wujudnya seperti apa?bentuknya berlimas atau bervolume?
Siapa aku? aku hanya dianggap lalu, tabu, dan kasat oleh mata. Seperti angin yang bergulir sekenanya.
Aku masih tahu diri? dimana aku? mereka tahu, mereka mengerti jika aku hanya cuma?
cuma? iya, cuma dan hanya sekelebat dipandang mata. Lihat aku, pandang aku dengan sepasang mata hatimu, bukan panca indramu.
Menunggu dalam gelisah tidur penuh pura-pura. Harusnya dia peka, dia sudah mengeja dengan sempurna. Menanamkan sebilah jawaban disela hatinya. Sedikit saja, sepersekian saja.
Hanya untuk menyelipkan namaku. Tidak perlu banyak-banyak.
Hanya sebentar, beberapa detik. Bagaimana mungkin aku b
isa melepas cengkraman itu dengan cepat, kalau saja kau masih tetap tergelak pada luka yang dalam.
Sakit, begitu dalam, mengerang di dalam, ditempat yang tidak terlihat.
Terkunci sangat jauh, tertutup kegelapan. Aku sudah hafal, hafal bagaimana rasanya menangis dalam diam. Bagaimana rasanya tidur dengan mata menganga, tertawa penuh luka. Aku sudah berada pada tahapan awas, memaksaku untuk tetap lepas. Cepat terhempas, tanpa pegas, berlumur jerat akhir tewas
.