Amarta,
19 Juli 2015
Surat terbuka
Kepada
Dewi Sinta
Terkasih
Dewi, betapa namamu selalu memenuhi lubuk,
bersangkar di pelupuk nadi, semerbak seperti ribuan untai mawar yang pernah aku
kirimkan kepadamu. Aku masih ingat harumnya seperti pesonamu yang terngiang seluruhnya
setiap aku membuka mata. Kalau kau memintaku meruntuhkan langit dan menjunjung tinggikan
bumi Dewi, atas nama kasihku padamu, aku akan menyegerakannya. Aku bisa melakukan
apapun atas kehendakmu Dewi. Dewi,
serupa namaku Rahwananya yang lakunya seperti buta raksasa seperti ini nan buruk
rupa dan tindaknya, aku memiliki kasih yang barangkali jika ditimbang akan jauh
lebih berbobot ketimbang kasih milik Rama. Tapi engkau tetap memilih Rama, aku tidak
apa-apa Dewi, aku hanya meratapi kasih yang selama ini aku bangun bertubi-tubi memuja
engkau. Rasa-rasanya aku ingin bersedih Dewi, aku seperti marah kepada diriku sendiri
yang bisa melakukan apapun, kecuali merubah wujudku menjadi tampan agar engkau jatuh
hati padaku. Dewi, seperti inikah nasib seseorang yang
tidak rupawan? Yang kemudian kasihnya dinomorduakan. Aku bisa saja membunuh
Rama agar engkau tidak hidup bersama dengannya, tapi aku tahu diri Dewi, bahwa bagaimana
pun aku sudah mengupayakan engkau, engkau tidak akan pernah sudi bersanding
dengan diriku, kau hanya akan menjadikan aku pilihan yang bermilyar-milyar
kali, sedangkan engkau selalu menjadikan Rama sebagai keharusan. Dewi, apakah kasih
yang seperti ini adil? Apakah buta raksasa sepertiku tidak pantas memiliki kasih
sebesar jagad raya yang ingin aku persembahkan hanya kepada engkau? Dewi,
apakah engkau sudah merasa adil? Berbahagialah engkau Dewi memilih kasih yang
lebih tampan.
Salam,
Rahwana