Nak,
kamu masih tidak percaya jika Tuhan itu begitu adil. Kamu masih begitu sulit
memahami dimana letak kecintaan agung dari Tuhan. Coba Nak, lekas menghadap
barat. Lantas julurkan kain panjang itu, agar kelak kau dikenali, agar kelak
Bapakmu tidak tertimbun oleh kesalahan yang sudah kau ketahui. Bukan perkara
mudah Nak, bukan melulu persoalan yang acuh dan dianggap tak ada yang ingin
merengkuh.
Kau
tidak tahu kan Nak, kau pernah berjanji akan mengenakan kain itu jikalau
seorang adam menghalalkanmu dalam sebuah ikatan, sebab kau tak ingin
memberatkan pundaknya menopang kekhilafanmu meninggalkan kewajiban. Tapi tak
pernah kau berfikir Nak ketika kau belum bersuami, Bapakmu juga ingin sekali
kau lindungi? Bapakmu juga ingin sekali kau ringankan tanggungannya? Sebab
sebenarnya Bapakmu amat sangat kau beratkan.
Kau
boleh Nak ketika mencaci nasib. Kau bebas mengadu ketika kelelahan menjadi yang
rendah. Jangan lupa Nak; rendahkan dirimu serendah-rendahnya hingga orang lain
tidak bisa merendahkanmu lagi. Gantungkan hasrat hidupmu menjulang
setinggi-tingginya, karna meski kau terjatuh kau akan berada diantara
bintang-bintang. Lalu dalami agamu Nak, seperti air yang menempati palung laut
yang entah berapa mil dalamnya menghunjam bunyi. Yakinlah Nak, apapun yang kau
kehendaki, akan ada sepasang sinar kuat yang merengkuh doamu menjalari setiap
ucap yang kau usahakan. Doa Bapak Ibumu ini akan bersatu seperti kilatan pentir
dan guntur diluar atmosfer.
Nak,
sewaktu muda dulu Ibumu pun begitu. Ibumu yang terlalu candu pada hal-hal
memabukkan yang membuat lalai akan tempat berpijak. Yang membuat ibu lupa
caranya khusyuk memadu kasih bersama Tuhan. Cukup Ibu Nak, cukup yang seperti
itu. Pun Bapakmu..
Kau
boleh nak, kau bisa saja menjalin asmara dengan lelaki mana pun yang kamu suka.
Tapi tak pernahkan kau ingat (lagi) betapa bapak dan ibumu ini rindu oleh kasih
sayangmu, sebab kau begitu gesit melegit meluapkan seluruhmu pada jodoh
sementara. Peluk kami Nak, jangan kau sakiti hati orangtua renta dengan
tumpukan cercaanmu yang kian pedas. Atau mungkin karena kepedulianmu kepada
kami sudah setimpang membersamai dia yang baru saja kau kenal.
Nak...
jangan pernah berfikir Tuhan sedang menghukummu dengan menghadiahkan keluarga
ini untuk membersamaimu. Terimakasih Nak sudah menjadi periang rumah ini.
Terimakasih
Salam
kasih,
Ibumu