Tersenyum untuk bangkit itu terlalu sulit
Membangkitkan oase diriseolah menerjang, terkapar dalam derit perasaanku beberapa akhir ini'
Aku mendapatkannyaBerhasil ku menggali rasa yang terjungkal dalam guratan pena
Bukankah aku yang memilih untuk mengakhirinya
Mengakhiri sebuah cerita semu yang masih saja tertulis jelas pada pantulan kedua bola mataku
Tak tau itu, sesosok manusia yang menertawakan perasaanku
Aku menangis tepat di depan hujan yang kini ku benci
Aku menangis tepat di depan pelangi yang sudah sejak-lama aku kagumi
Lupakan semuanya. . .
Sungguh, aku menyukaimu melebihi kau memahami dirimu sendiri
0 komentar:
Posting Komentar