RSS

Part Test of Life

Salam kenal buat kawan terhebat,
"Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan seluruh kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati. Dengan alasan ini penguasaan menuntut semuanya dari seseorang."
-Albert Einsten-

TELEGRAM




Nak, kamu masih tidak percaya jika Tuhan itu begitu adil. Kamu masih begitu sulit memahami dimana letak kecintaan agung dari Tuhan. Coba Nak, lekas menghadap barat. Lantas julurkan kain panjang itu, agar kelak kau dikenali, agar kelak Bapakmu tidak tertimbun oleh kesalahan yang sudah kau ketahui. Bukan perkara mudah Nak, bukan melulu persoalan yang acuh dan dianggap tak ada yang ingin merengkuh.

Kau tidak tahu kan Nak, kau pernah berjanji akan mengenakan kain itu jikalau seorang adam menghalalkanmu dalam sebuah ikatan, sebab kau tak ingin memberatkan pundaknya menopang kekhilafanmu meninggalkan kewajiban. Tapi tak pernah kau berfikir Nak ketika kau belum bersuami, Bapakmu juga ingin sekali kau lindungi? Bapakmu juga ingin sekali kau ringankan tanggungannya? Sebab sebenarnya Bapakmu amat sangat kau beratkan.

Kau boleh Nak ketika mencaci nasib. Kau bebas mengadu ketika kelelahan menjadi yang rendah. Jangan lupa Nak; rendahkan dirimu serendah-rendahnya hingga orang lain tidak bisa merendahkanmu lagi. Gantungkan hasrat hidupmu menjulang setinggi-tingginya, karna meski kau terjatuh kau akan berada diantara bintang-bintang. Lalu dalami agamu Nak, seperti air yang menempati palung laut yang entah berapa mil dalamnya menghunjam bunyi. Yakinlah Nak, apapun yang kau kehendaki, akan ada sepasang sinar kuat yang merengkuh doamu menjalari setiap ucap yang kau usahakan. Doa Bapak Ibumu ini akan bersatu seperti kilatan pentir dan guntur diluar atmosfer.

Nak, sewaktu muda dulu Ibumu pun begitu. Ibumu yang terlalu candu pada hal-hal memabukkan yang membuat lalai akan tempat berpijak. Yang membuat ibu lupa caranya khusyuk memadu kasih bersama Tuhan. Cukup Ibu Nak, cukup yang seperti itu. Pun Bapakmu..
Kau boleh nak, kau bisa saja menjalin asmara dengan lelaki mana pun yang kamu suka. Tapi tak pernahkan kau ingat (lagi) betapa bapak dan ibumu ini rindu oleh kasih sayangmu, sebab kau begitu gesit melegit meluapkan seluruhmu pada jodoh sementara. Peluk kami Nak, jangan kau sakiti hati orangtua renta dengan tumpukan cercaanmu yang kian pedas. Atau mungkin karena kepedulianmu kepada kami sudah setimpang membersamai dia yang baru saja kau kenal.

Nak... jangan pernah berfikir Tuhan sedang menghukummu dengan menghadiahkan keluarga ini untuk membersamaimu. Terimakasih Nak sudah menjadi periang rumah ini. Terimakasih

Salam kasih,


Ibumu




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar